HIDAYATULLAH.COM
ADA hal menarik yang disampaikan oleh
Ustadz Bendri Jaisyurrahman ketika menjadi Khathib Jum’ah di AQL Islamic Centre
(13/09/2019).
Salah satunya, beliau menukil
perkataan Imam Ibnu Qayyim yang bahasa Arabnya demikian:
وكم ممّن
أشقى ولده وفلذة كبده في الدنيا والآخرة بإهماله وترك تأديبه، وإعانته له على
شهواته
Artinya: “Betapa
banyak orang tua yang menyengsarakan anak serta buah hatinya di dunia dan
akhirat dengan cara menelantarkan, tak mendidik serta membantu anak melampiaskan
hawa nafsunya. (Bisa dibaca dalam buku “Al-Majmuu’
al-Qayyim min Kalaam Ibni Qayyim” Jilid I, 2005: 569)
Pada poin “membantu anak
melampiaskan hawa nafsunya”, beliau mengaitkan dengan para orang tua (ibu dan
ayah) pada zaman gadget & digital yang begitu
melimpah, kadang-kadang kurang sabar dalam mendidik anak, sehingga memberikan
keleluasaan bagi anak bermain gadget. Kebutuhan dasar anak
kecil salah satunya adalah hiburan, orang tua yang tak bersabar, tidak mau
susah atau repot, biasanya langsung memberi HP kepada anak yang merengek agar
diam.Hal ini
kelihatannya sederhana. Tapi dampaknya bisa luar biasa negatif. Dulu sebelum
ada gadget, tempat hiburan anak adalah orang tuanya. Ketika anak rewel, yang
menghibur adalah orang tuanya dengan berbagai cara. Sehingga menimbulkan kesan
mendalam bagi sang anak.
Kalau anak dibiasakan diberi
video HP ketika merengek (entah itu U*N I*N dan lain sebagainya), nanti ketika
ada masalah yang dicari bukanlah orang tua, tapi HP-nya.
Ada kasus yang diceritakan
Ustadz Bendri terkait hal ini. Suatu ketika ada anak yang dipondokkan orang
tua. Kebiasaan anak ini sebelum mondok adalah main HP.
Kebetulan, anaknya mau. Di
pondok ada peraturan hanya boleh dikunjungi setiap 6 bulan sekali. Setelah 6
bulan berlalu, berkunjunglah orang tua ke pondok anaknya.
Alangkah kagetnya, orang tua
tersebut saat sampai pesantren. Keduanya hanya disikapi dengan cium tangan dan
sambutan dingin. Yang ditanya justru adalah HP-nya yang selama enam bulan tidak
diakses.
Betapa hancurnya hati orang tua
jika mengalami hal tersebbut. Anak yang dibesarkannya hingga kecil, lantaran
kelalaian dan kesilapannya dalam mendidik dan salah dalam memberikan hiburan,
akhirnya jiwa anak bukan menjadi miliknya. Malah dimiliki oleh orang lain,
bahkan gadget.Salah satu solusi menghadapi
gencarnya gadget di era digital seperti saat ini
yang dampak negatifnya bisa menyerang keluarga setiap saat (terutama anak),
maka orang tua harus meluangkan waktu untuk bertatap muka, mengurangi bermain gadget di
depan anak, mencoba lebih dekat lagi dengan anak-anaknya. Kalau meminjam
istilah Ustadz Bendri, mari kita kembali pakai pola Rasulullah ﷺ yaitu makan bareng keluarga di satu meja.
Di situ tanpa ada HP, semuanya fokus kepada keluarga.
Kalau itu dibiasakan, kelak
ketika anak lagi susah, senang, atau lagi butuh hiburan, yang dicari mereka
pertama kali adalah orang tua. Bukan gadget,
teman, orang lain dan sebagainya.
Bagaimana dengan kita? Seberapa
dekat dan peduli dengan anak? Masih ada waktu untuk berubah menjadi orang tua
terbaik dunia-akhirat bagi anak. Jangan sampai, kita masuk pada kategori yang
disebut Ibnu Qayyim Rahimahullah sebagai orang tua yang menyengsarakan anak
atau buah hatinya di dunia dan akhirat. Na’udzubillah
min dzalik.*
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
x